Menjadi pengusaha sukses bukanlah monopoli sekelompok orang tertentu saja, tetapi terbuka bagi siapa saja yang mau berusaha. Itulah yang dibuktikan oleh Heru Purnomo, seorang pedagang karpet sukses di Bekasi, Jawa Barat.

Heru Purnomo[depan

Betapa tidak, dengan hanya bermodalkan dengkul, pria ini berhasil membangun dan mengembangkan bisnis karpet beromzet ratusan juta rupiah per bulan. Padahal, sejak kecil dulu tak pernah terlintas sedikit pun di benaknya untuk menjadi seorang pedagang, apalagi di Jakarta yang menjadi jantungnya bisnis di Indonesia.

Heru Purnomo dilahirkan di Madiun 25 April 1974. Cita-citanya sejak kecil hingga duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya ingin menjadi sarjana pertanian. Karena itu, selepas SMA tahun 1993, Heru mengikuti UMPTN mengambil jurusan teknik pertanian. Namun nasib berkata lain. Dia hanya diterima di pilihan ketiganya yaitu Fakultas Ekonomi UNS Surakarta.

Heru sempat mengikuti kuliah 2 minggu di UNS, karena pada tahun yang sama dia juga lulus seleksi di PATIGAT ( Pendidikan Ahli Teknik Gajah Tunggal, sekarang, Politeknik Gajah Tunggal). Selesai kuliah Heru ditempatkan di PT. Kabel Metal Indonesia, Jakarta Timur , salah satu perusahaan Gajah Tunggal Group.

Tahun 1999, Heru menikahi Nana Nadhifah. Mereka mengontrak sebuah rumah kecil di Pulogebang hingga tahun 2002. Melonjaknya harga barang-barang kebutuhan hidup membuat Heru cukup kesulitan memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Namun tidak menyerah pada keadaan ini.

”Saya tidak mengeluh, apalagi menyerah. Sebagai lelaki, saya harus berusaha dan banyak akal. Itu yang ada di benak saya saat itu. Karena itu, saya menekuni berbagai macam usaha MLM seperti CNI, Ahadnet, DBS, dan BMW. Istri saya pun mulai berjualan garmen keliling perumahan,” ujarnya.

Kreatif & Inovatif

Pengalaman mengikuti bisnis MLM, mengikuti seminar-seminar wirausaha dan membaca buku-buku motivasi menyentak kesadaran Heru bahwa untuk menjadi orang sukses kita harus kreatif (banyak akal), inovatif dan berguna bagi sesama. Untuk mendapatkan ide-ide kreatif itu, setiap hari libur dia selalu menyempatkan jalan-jalan di sentra-sentra bisnis di Jakarta, hingga pada suatu waktu dia tertarik untuk berjualan karpet.

Heru pun mencoba mengutak-atik keuntungan jika nanti berusaha berdagang karpet. “Luar biasa, labanya sangat menggiurkan. Bayangkan, jika satu karpet untungnya hingga 50% lebih, bagaimana kalau 10 karpet, 100 karpet, 1000 karpet, bahkan berkontainer-kontainer?.”

Kalkulasi laba yang besar ini membuat Heru dengan cepat memutuskan untuk mulai menekuni bisnis ini. Sayangnya saat itu dia tidak punya modal sedikit pun sehingga impian itu bagaikan pungguk merindukan bulan. Namun sekali lagi dia tidak menyerah. “Lelaki harus banyak akalnya, asalkan tetap berada di koridor alias tidak melawan hukum. Malam itu saya mencoba menawarkan bisnis karpet ini pada Bu Dedi, tetangga sebelah rumahku. Saya berhasil meyakinkan pembagian labanya. Besoknya dia mulai membantu dana usaha sebesar Rp 900.000 untuk membeli karpet pesanan sebanyak 4 pcs.”

Keempat karpet ini tidak langsung dikirim Heru kepada para pemesannya. Dia membawanya ke Marakash, menggelar dan menawarkannya pada orang-orang, namun tidak boleh dibeli. Banyak orang terheran-heran dengan metode jualannya ini.

“Dengan metode ini saya ingin agar orang-orang pesan dulu dengan memberi DP atau uang muka karena saya tidak punya modal lagi untuk menambah dagangan saya. Ternyata strategi saya berhasil. Banyak orang memesan karpet dengan memberi uang muka. Bahkan ada juga yang langsung lunas, padahal karpetnya belum ada. Cara ini terus berulang –ulang hingga saya bisa belanja karpet di atas Rp 10 juta. Kemudian dari sedikit keuntungan itu saya bisa mengontrak toko tempat usaha sekaligus meyakinkan pembeli bahwa usaha yang saya kelola berjalan dengan baik.”

Setelah semua sarana promosi diterapkan (berdagang keliling, menyebarkan brosur dan memasang spanduk), tahun 2007 Heru memasarkan produknya secara online di internet. Diluar dugaan, dengan cepat para pembeli datang silih berganti dari seluruh Indonesia. Bahkan ada pemesanan dari Kedubes RI di Amerika Serikat.

Semi MLM

Saat ini Heru sudah memiliki beberapa outlet yang tersebar di beberapa titik seperti Marakash (Pondok Ungu), Tambun, Bulak Kapal, Purwokerto dan Madiun dengan brand HJ Karpet. Pelanggan yang menjadi member HJ Karpet sudah mencapai lebih dari 1000 orang. Tak hanya para pedagang yang membeli secara grosir dan eceran, pelanggan HJ Carpet juga mencakup kantor dan perusahaan (Mustika Ratu, Inkopad), serta hotel-hotel (Shangrilla, Novotel, Oasis Amir).

Tentang kesuksesan bisnis nya ini, Heru mengakui sistem bisnis MLM-lah yang menginspirasinya. Tapi dia tidak menerapkan sistem ini secara murni karena belanja di HJ Karpet tidak mengenal sistem downline dan pembeleian minimum. “Pengalaman bisnis MLM saya terapkan di usaha ini dengan membentuk jaringan usaha. Saya merekrut ibu-ibu atau kelompok arisan menjadi distributor usaha saya. Kini yang menjual karpet-karpet saya adalah sistem, bukan lagi door to door manual alias tradisional.”

Dengan sistem ini omzet Heru kini sudah tembus Rp 10 juta lebih per hari. Dari omzet ini, Heru menghidupi 13 karyawan dengan fasilitas terjamin seperti gaji, uang makan, bonus, kontrak rumah, sepeda motor dan mudik bareng gratis. Pesatnya perkembangan bisnis ini membuat Heru memutuskan pensiun dini dari PT. Kabel Metal Indonesia pada awal 2010 ini agar lebih fokus lagi pada usahanya. (harry)